GURU DALAM MANAJEMEN MUTU (Studi kasus di SMPN 1 Cingambul Majalengka)
GURU DALAM
MANAJEMEN MUTU
(Studi kasus di
SMPN 1 Cingambul Majalengka)
Munawir Sajali
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
sajalimunawir995@gmail.com
Abstrak
Rendahnya mutu Pendidikan di Indonesia sebenarnya merupakan diskusi
yang telah lama ada. Namun hingga saat ini permasalahan mutu Pendidikan tidak
juga kunjung selesai. Pendidikan yang berkualitas merupakan harapan dan
tuntutan seluruh stakeholder Pendidikan. Semua orang tentunya akan lebih suka
menuntu ilmu pada Lembaga yang memiliki mutu yang baik. Atas dasar ini maka
sekolah harus dapat memberikan pelayanan dan mutu yang baik agar tidak
ditinggalkan dan mampu bersaing dengan Lembaga Pendidikan lainnya. Dari
berbagai pandangan, kriteria serta indikator yang dapat kita ambil bahwa pendidikan
yang bermutu dapat ditingkatkan apabila sekolah memiliki 1) dukungan dari
pemerintah 2) kepemimpinan kepala sekolah yang efektif, 3) kinerja guru yang
baik, 4) kurikulum yang relevan 5) lulusan yang berkualitas, 6) dukungan
masyarakat dan orang tua siswa. Dan SDM
yang unggullah yang paling terpenting dalam meningkatkan mutu Pendidikan.
Keywords: Peningkatan Mutu, Manajemen Mutu Pendidikan, SDM Unggul.
A. Latar Belakang
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta semakin kencangnya arus globalisasi
membawa dampak khusus bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di Indonesia yang
melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal tersebut
tampak pada sekolah-sekolah yang menerapkan sistem bilingual school dengan
bahasa asing sebagai matapelajaran wajib sekolah. Selain itu, berbagai jenjang
pendidikan mulai dari sekolah menengah sampai perguruan tinggi baik negeri
maupun swasta membuka program kelas internasional.
Globalisasi
pada pendidikan dapat menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas
yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan, pemerintah berharap tenaga
kerja Indonesia dapat bersaing di pasar duniaSalah satu upaya dalam reformasi
pendidikan adalah dengan meningkatkan kualitas tenaga pendidik karena tenaga
pendidik merupakan salah satu unsur penting dalam pendidikan. Dunia pendidikan
membutuhkan pendidik yang benar-benar memiliki kemampuan sebagai pendidik,
tidak hanya orang yang memiliki sertifikat atau ijazah, melainkan skill yang
berkompeten pada bidang yang sesuai. Pendidik dituntut untuk profesional dalam
melaksanakan tugasnya untuk menghadapi tantangan pendidikan pada era
globalisasi. Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
guru yaitu pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
B. Pengertian Guru
Guru
adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina
anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar
sekolah. Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik. Kemudian
guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di
tempat-tempat tertentu, tidak harus di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa
juga di masjid, di surau atau mushola, di rumah dan sebagainya.[1]
Sementara Supardi dalam bukunya yang berjudul “Kinerja Guru”
menjelaskan pengertian guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah jalur pendidikan formal.[2]
C. Pengertian Manajemen Mutu
Mutu
(kualitas) didefinisikan sebagai “ciri dan karakter menyeluruh dari suatu
produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan
kebutuhan tertentu”. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat mengidentifikasikan
ciri dan karkter produk yang berhubungan dengan mutu dan kemudian membuat suatu
dasar tolok ukur dan cara pengendaliannya.
Definisi
ini jelas menekankan pada kepuasan pelanggan atau pemakai produk. Dalam suatu
proyek gedung, pelanggan dapat berarti pemberi tugas, penyewa gedung atau
masyarakat pemakai. Misalnya dari segi desain, kepuasan dapat diukur dari segi estetika, pemenuhan fungsi, keawetan
bahan, keamanan, dan ketepatan waktu. Sedangkan dari segi pelaksanaan,
ukurannya adalah pada kerapihan penyelesaian, integritas (sesuai gambar dan
spesifikasi) pelaksanaan, tepatnya waktu penyerahan dan biaya, serta bebas
cacat.
Manajemen
Mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan yang menetapkan dan
menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan/organisasi. Dalam rangka
mencukupkan kebutuhan pelanggan dan ketepatan waktu dengan anggaran yang hemat
dan ekonomis, seorang manager proyek harus memasukkan dan mengadakan pelatihan
management kualitas. Hal hal yang menyangkut kualitas yang di maksud diatas
adalah:
-
Produk / pelayanan / proses pelaksanaan.
-
Proses management proyek itu sendiri.[3]
Manajemen mutu adalah sebuah sistem manajemen untuk mengawasi semua kegiatan dan tugas dalam
suatu organisasi untuk memastikan bahwa produk dan layanan yang ditawarkan, serta sarana yang
digunakan untuk mencapainya bersifat
konsisten. Hal ini diperlukan untuk mencapai dan
mempertahankan tingkat mutu yang
diinginkan dalam organisasi. Termasuk di dalamnya penentuan kebijakan mutu, menciptakan
dan menerapkan perencanaan dan jaminan kualitas, dan kontrol kualitas serta
peningkatan kualitas.
Jadi fokus sistem manajemen
mutu tidak hanya pada produk dan
kualitas layanan, tetapi juga pada cara
untuk mencapainya sekaligus mempertahankannya.
D. Komponen Utama Manajemen Mutu
Manajemen mutu terdiri dari empat komponen
utama, yang meliputi:
1. Perencanaan Kualitas
Proses mengidentifikasi standar kualitas yang relevan
dengan proyek dan memutuskan bagaimana cara memenuhinya.
2. Peningkatan Kualitas
Perubahan yang disengaja dari suatu proses untuk
meningkatkan kepercayaan atau keandalan hasil.
3. Kontrol Kualitas
Upaya berkelanjutan untuk menegakkan integritas dan
keandalan proses dalam mencapai hasil.
4. Jaminan Kualitas
Tindakan sistematis atau terencana yang diperlukan untuk
menawarkan keandalan yang memadai sehingga layanan atau produk tertentu akan
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
E. Tujuan Manajemen Mutu
Tujuan dari manajemen mutu adalah untuk
memastikan bahwa semua bagian dalam organisasi bekerja bersama untuk
meningkatkan proses, produk, layanan, dan budaya perusahaan untuk mencapai
keberhasilan jangka panjang yang berasal dari kepuasan pelanggan.
F. Proses Manajemen Mutu
Pada proses manajemen mutu melibatkan kumpulan
pedoman yang sudah dikembangkan oleh tim untuk memastikan bahwa produk dan
layanan yang dihasilkan memiliki standar yang tepat atau sesuai dengan tujuan:
1. Aktivitas pada proses manajemen mutu dimulai
ketika organisasi menetapkan target kualitas yang harus dipenuhi dan yang
disepakati dengan pelanggan.
2. Organisasi kemudian mendefinisikan bagaimana
target akan diukur.
3. Kemudian mengambil tindakan yang diperlukan
untuk mengukur kualitas.
4. Selanjutnya mengidentifikasi masalah kualitas
yang muncul dan memulai perbaikan.
5. Langkah terakhir melibatkan pelaporan tingkat
keseluruhan kualitas yang dicapai.
Proses ini memastikan bahwa kualitas dan desain produk serta layanan yang
dihasilkan oleh tim sesuai dengan harapan pelanggan. Metode peningkatan kualitas terdiri dari tiga komponen:, yaitu peningkatan
kualitas produk, peningkatan kualitas proses, dan peningkatan kualitas berbasis
orang.
Jadi manajemen mutu merupakan gabungan dari semua fungsi manajemen yang
dibangun berdasarkan konsep kualitas yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.[4]
G.
Peran
Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Peran guru dalam
meningkatkan mutu pendidikan, yaitu memotivasi peserta didik agar mau belajar
dengan baik dan mendisiplinkan peserta didik pada peraturan-peraturan di
sekolah maupun diluar sekolah, juga mengajarkan pada peserta didik agar patuh
dan hormat terhadap orang tuanya, saudara, atau terhadap orang yang lebih tua
darinya dan dapat bersifat religius. Selain itu, peran guru di sekolah adalah
sebagai orang tua ke dua bagi peserta didik. Oleh karenanya diharapkan sifat
dan sikap guru harus cerdas, baik, bijak, sopan dan santun, karena pada
dasarnya guru dijadikan sebagai contoh bagi peserta didiknya dan sebagai
pentransfer ilmu dan keterampilan-keterampilan lainnya. Guru yang profesional,
dapat mengatur kegiatan belajar secara efektif dan efisien sehingga
menghasilkan peserta didik yang cerdas, pintar, berwawasan, dan religius.[5]
Dan pentingnya profesional guru dalam
meningkatkan kualitas pendidikan.
H. Upaya guru dalam meningkatkan mutu pendidikan
Upaya
guru dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam pembelajaran, yaitu:
1. Merujuk perkembangan metode pembelajaran
mutakhir,
2. Menggunakan metode pembelajaran yang
bervariasi, inovatif dan tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran,
3. Menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat
bantu yang tersedia secara efektif dan efesien.
4. Memperhatikan sifat alamiah kurikulum,
kemampuan peserta didik, dan pengalaman belajar sebelumnya yang bervariasi
serta kebutuhan khusus bagi peserta didik dari yang mampu belajar dengan cepat
sampai lambat,
5. Memperkaya kegiatan pembelajaran melalui
lintas kurikulum, hasil penelitian dan penerapannya.
6. Mengarahkan kepada pendekatan kompetensi agar
dapat menghasilkan lulusan yang mudah beradabtasi, memiliki motivasi, kreatif,
mandiri, dan mempunyai etos kerja yang tinggi.
I.
Kesimpulan
Hasil penelitian di SMPN 1 Cingambul Majalengka, yakni:
1.
Peran
guru dalam meningkatkan manajemen mutu khususnya dalam pembelajaran di SMPN 1
Cingambul Majalengka, sudah memerankan sebagai pendidik, pengajar, motivator,
pengelola kelas, dan pemimpin.
2.
Guru
melaksanakan kurikulum yang telah dipakai pada tahun ajaran sekarang, yakni
kurikulum 2013.
3.
Dan intrumen yang digunakan dalam meningkatkan mutu guru
khususnya dalam kinerja guru, yakni hanya melalui penilaian teman sejawat dan
penilaian atasan.
J. DAFTAR PUSTAKA
Bahri Djamarah, Syaiful. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu
Pendekatan Teoretis
Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.
Supardi. 2014. Kinerja Guru. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
http://nurulistiqamah625.blogspot.com/2014/11/manajemen-mutu.html, diakses pada tanggal
17 November 2020.
https://jurnalmanajemen.com/manajemen-mutu/, diakses pada tanggal 17 November 2020.
https://www.kompasiana.com/www.nurbaeti_jannah.com/552bc2e46ea834b5058b45c3/peran-guru-dalam-meningkatkan-mutu-pendidikan, diakses pada tanggal
17 November 2020.
[1]Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik
dalam Interaksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), hlm. 31.
[3] http://nurulistiqamah625.blogspot.com/2014/11/manajemen-mutu.html, diakses pada tanggal 17 November 2020, pukul
20.56.
[4] https://jurnalmanajemen.com/manajemen-mutu/, diakses pada tanggal 17 November 2020, pukul 21.00.
[5] https://www.kompasiana.com/www.nurbaeti_jannah.com/552bc2e46ea834b5058b45c3/peran-guru-dalam-meningkatkan-mutu-pendidikan, diakses pada tanggal 17 November 2020, pukul
21.30.
Komentar
Posting Komentar